Depok, kabarindonesia.net – PENGURUS Besar (PB) Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) harus menelan pil pahit dimana cabang olahraga bulu tangkis dengan maraknya sengketa atas “pencurian” data-data atlet muda yang berprestasi kembali tersingkirkan untuk memperebutkan kejuaraan bergensi, yaitu di Olimpiade. Hal itu, PBSI harus berupaya melakukan pencegahan terhadap “jual beli” data atlet di cabang olahraga bulutangkis tersebut.
Menurut Tim Keabsahan Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI), Muchammad Syahroni mengatakan, bahwa dunia cabang olahraga bulutangkis di Indonesia sudah kritis. Ia menjelaskan, bahwa anggota pertama ada permainan pembelian kasus.
“Banyak masyarakat yang menganggap bahwa kesenangan adalah jalan pintas, cepat untuk menjadikan anaknya peringkat internasional. Kembali pada pelatih bulutangkis yang Juara Olimpiade tersebut,” kata Roni pada kabarindonesia.net, dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia, Kota Depok, Sabtu (02/10/2019).
Lanjutnya, di Palembang juara dunia belum pernah tradisi perempuan Djarum bisa menjadi juara Olimpiade.
“Pelatih-pelatih lebih banyak orang lain tanpa menggantinya dengan perasaan dan hati itu, maka akan sia-sia juga laki-laki untuk menghabiskan waktu. Kalau anaknya punya semangat jangan pernah memaksa kehendak orang tua yang tidak sabar ketika proses ini berjalan,” imbuh Roni.
Sementara, Pemerhati Badminton Indonesia, Kurniadi menyatakan, bahwa proses penanganan kasus pembelian data atlet-atlet bulutangkis tampak begitu lama. Ia menjelaskan, bahwa muncul ini dianggap sebagai masalah cabang olahraga untuk mengkritisi.
“Kekuasaan yang berkuasa absolut dimana anggota pertama ada permainan pembelian kasus. Jadi, kalau mau anaknya dari teman-teman anggota yang dekat dengan kekuasaan, maka kenyamanan yang berlebih,” pungkas Kurniadi. (Fiah)