kabarindonesia.net, Kota Bogor — RUMAH Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor, Jawa Barat, harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk melayani pasien demam berdarah dengue (DBD) yang jumlahnya meningkat selama musim penghujan ini.
“Kewalahan tidak, ekstra tenaga iya, perawat kita lemburkan, maksimal penambahan tiga jam,” Kepala Sub Bagian Hukum dan Hubungan Masyarakat, Taufik Rahmat .S.sos
Ia mengatakan, jumlah pasien DBD membludak sejak pertangahan Januari, tercatat mulai dari awal Januari hingga 6 Februari jumlah pasien yang dirawat di RSUD Kota Bogor sebanyak 38 orang terdiri 24 pasien dan kabupaten 14 pasien.
Hingga Kamis kemarin jumlah pasien DBD yang masih menjalani perawatan di RSUD Kota Bogor sebanyak 66 orang. Mereka terpencar di ruang-ruang perawatan mulai dari kelas dua, tiga dan kelas satu.
Membludaknya pasien DBD membuat manajemen RSUD Kota Bogor untuk memaksimalkan ruangan yang tersedia, salah satunya memanfaatkan ruang untuk merawat pasien yang tidak tertampung.
“Total jumlah tempat tidur di RSUD sebanyak 317 tempat tidur, ada penambahan kasur lipat dari polres. RSUD Posisi saat ini sudah penuh,” katanya.
Taufik Rahmat menambahkan, penggunaan ruang untuk menampung pasien DBD yang terus bertambah. Terdapat ruangan yang digunakan untuk pasien DBD.
“RSUD tidak boleh menolak pasien, kita sampaikan kondisi kamar sudah penuh, mereka yang datang kita berikan arahan tentang kondisi saat ini, dan mereka bersedia dirawat di ruang tambahan,” katanya.
Namun, hingga kini pihak Pemerintah Kota Bogor, belum menetapkan status kejadian luar biasa DBD, karena jumlah kasus tahun ini belum setinggi dari tahun sebelumnya. Sepanjang ini, jumlah pasien DBD. Namun, pemerintah tetap melakukan upaya antisipasi dengan memberikan imbauan kepada masyarakat agar menjaga kesehatan diri dan lingkungannya.
Kepala Bidang Pengendalian Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) Dinas Kesehatan Kota Bogor, mengatakan mencegah DBD dapat dilakukan dengan mengurangi penyebaran nyamuk sebagai faktor utama penyebaran virus DBD.
“Caranya sederhana dengan tidak menyediakan wadah yang menjadi sarang nyamuk untuk bertelur, seperti tumpukan barang bekas yang dapat menampung air, supaya dibuang atau dikubur,” katanya.
Langkah lainnya, lanjutnya dengan menerapkan metode 3M yakni menguras, menimbun dan menutup tempat penampungan air yang menjadi tempat nyamuk bersarang.
“3M tidak cukup, perlu dilakukan abatesasi, dengan membersihkan terlebih dahulu air yang ada di bak penampungan air, mengurasnya dan menyikatnya setiap seminggu sekali,” katanya.
Ia menambahkan, langkah fogging akan dilakukan apabila sudah ada laporan kasus pasien suspect DBD. Akan dilakukan penyelidikan epidemiologi (PE) terlebih dahulu. (Nia)