kabarindonesia.net, Jakarta — PURNAWIRAWAN yang punya jiwa kritis sebagai bentuk kepedulian terhadap NKRI dianggap makar dan dituduh ingin membunuh.
Suara lantang nan kritis dianggap makar, dianggap musuh negara, bahkan berujung pada penjara dengan menggunakan pasal karet pesanan para kapitalis yang bersembunyi dibalik jubah atas nama demokrasi, atas nama Pancasila, beginilah kondisi yang sedang terjadi pada NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) Jakarta, Rabu (29/01/2020).
Dari rezim ke rezim Apabila ada anak negeri yang selalu kritis terhadap kebijakan pemerintah dan selalu lantang menyuarakan keadilan nyawa selalu menjadi taruhan, ada juga tiba-tiba dipenjarakan tanpa alasan yang jelas, begitulah yang terjadi di negeri ini. Dan saat ini sedang terjadi pada kakanda Kivlan Zein, sosok Mayor Jenderal Punawirawan yang telah habiskan waktunya berpuluh-puluh tahun hanya untuk mengabdi pada NKRI. Jiwa kritis kakanda Kivlan Zein sebagai bentuk kecintaan terhadap bangsa ini sudah diasah sejak kecil. Ketika masih pelajar, ia sempat bergabung dengan organisasi Pelajar Islam Indonesia pada 1962.
Tidak hanya itu, kanda Kivlan juga aktif dalam Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia. Pada 1965 ketika memasuki bangku kuliah, kanda Kivlan Zein juga tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Medan dan menjabat sebagai sekretaris. Selain aktif di HMI, kanda Kivlan juga aktif di Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), Lulus dari Akademi Militer (Akmil) pada 1971, Kanda Kivlan Zen kemudian bergabung di Kesatuan Infanteri, Baret Hijau. Di sana karier Kanda Kivlan Zein dimulai sebagai Komandan Peleton pada 1971. Kariernya mulai merangkak ketika ia menjadi Ki-B Batalyon 753 hingga Danyon pada 1973. Kariernya semakin cemerlang ketika ia ditugaskan di Papua dan Timor Timur.
Ia berhasil meringkus pasukan Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 1974. Ketika bertugas di Timor Timur, ia juga dinilai berhasil sehingga mendapat kenaikan pangkat yang signifikan. Pada 1990, Kivlan menjabat sebagai Kepala Staf Brigade Infanteri Linud 1/Cilodong/Kostrad (Kasdivif I Kostrad) dengan pangkat Kolonel.
Saat itu, ia kembali ditugaskan ke Filipina Selatan untuk membantu menyelesaikan konflik Moro di sana. Ia berangkat memimpin Kontingen Garuda XVII, Pasukan Konga 17. Lagi-lagi ia berhasil menyelesaikan tugasnya dengan cemerlang. Setelah pensiun pun pada tahun 2016 kanda Kivlan zein menjadi aktor utama dalam upaya pembebasan 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf.
Dari rangkaian peristiwa perjalan hidup kakanda kivlan zain yang hanya menghabiskan waktu untuk mengabdi dan setia terhadap NKRI ini seharusnya pemerintah memberikan ruang dan memberikan penghargaan bukan malah mengkriminilisasi hingga berujung penjara, kalau sekedar kritis lalu dianggap musuh negara maka yakin dan percaya negara ini suatu saat akan bubar, atas dasar itulah kami yang tergabung di dalam “Solidaritas Aktivis HMI Lintas Generasi” merasa perlu menyuarakan dan menuntut agar kakanda Kivlan Zein dibebaskan.
Adapun tuntutan kami :
- Mendesak kepada Pemerintah untuk segera Bebaskan Kanda Kivlan Zain, karena kami yakin kanda Kivlan Zein tidak bersalah, 2. Hentikan Kriminalisasi terhadap Kanda Kivlan Zain,karena kasus yang menimpa kanda Kivlan Zain diduga kuat ada permainan busuk dari oknum pejabat negara, 3. Stop kriminalisasi Dengan menggunakan hokum sebagai cambuk untuk menghantam anak bangsa yang kritis dan peduli terhadap bangsa ini. (Bambang)
