Jakarta, 11 Oktober 2025 — Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno menegaskan bahwa krisis iklim sudah menjadi kenyataan yang dihadapi sehari-hari, bukan lagi sekadar ancaman masa depan. Hal ini ia sampaikan saat menjadi pembicara dalam Konferensi Nasional Pascasarjana Ilmu Politik di Universitas Indonesia (UI), Depok, yang mengangkat tema ancaman krisis iklim di Indonesia.
“Krisis iklim itu nyata ada di depan kita. Dampaknya sudah kita rasakan dalam berbagai aktivitas sehari-hari, mulai dari anomali iklim hingga kualitas udara yang memburuk di kota-kota besar,” ujar Eddy, Sabtu (11/10/2025).
Menurut Eddy, perubahan istilah dari “perubahan iklim” menjadi “krisis iklim” menggambarkan betapa genting situasi saat ini. Ia menyebut, hal ini harus menjadi wake-up call agar penanganan krisis iklim masuk sebagai prioritas utama dalam kebijakan nasional.
Dalam paparannya, Eddy juga menyoroti masalah lingkungan yang kian memburuk, seperti gunungan sampah di TPA Bantar Gebang yang kini disebutnya sudah setara dengan tinggi gedung 17 lantai. Tak hanya itu, ia juga menyinggung persoalan sungai-sungai di Indonesia yang penuh sampah.
“Sekarang saja misalnya, kita bisa lihat tidak ada sungai di Indonesia yang benar-benar bersih dari sampah,” tambahnya.
Sebagai langkah konkret, Eddy mengungkapkan bahwa dirinya bersama Fraksi PAN di DPR RI telah menginisiasi Rancangan Undang-Undang (RUU) Pengelolaan Perubahan Iklim, yang kini telah resmi masuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2026.
“Alhamdulillah, RUU Pengelolaan Perubahan Iklim sudah masuk Prolegnas 2026. Ke depan kami akan membuka ruang dialog dan menerima masukan dari berbagai kalangan, termasuk akademisi kampus,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa persoalan iklim bukan hanya menyangkut aspek lingkungan, tetapi juga menyentuh dimensi sosial, ekonomi, kesehatan, dan keberlangsungan bangsa.
“Saya sangat terbuka untuk kolaborasi lintas sektor. Ini bukan sekadar isu lingkungan, ini menyangkut masa depan kita bersama,” jelasnya.
Acara ini merupakan bagian dari program MPR Goes to Campus, dan FISIP UI menjadi kampus ke-35 yang dikunjungi. Selain Eddy, turut hadir pula dua narasumber lain yaitu Prof. Dr. Lili Romli (Peneliti Utama BRIN) dan Prof. Dr. Ujang Komarudin (Tenaga Ahli Utama Badan Komunikasi Pemerintah RI).























