Jakarta, 30 Oktober 2025 – Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan optimisme tinggi terhadap kinerja pasar modal Indonesia. Ia memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat melesat hingga level 32.000 dalam kurun waktu 10 tahun, bahkan menembus 9.000 di akhir tahun ini.
Purbaya menjelaskan, proyeksi tersebut bukan sekadar firasat, melainkan didasari pada pola historis dan perhitungan ekonomi yang sistematis. Menurutnya, berdasarkan pengamatan terhadap siklus ekonomi dan pasar saham selama puluhan tahun, IHSG biasanya naik empat hingga lima kali lipat dari titik terendah menuju titik tertinggi dalam setiap periode siklus.
“Makanya indeks bisa naik ke atas. Kalau ditanya gimana indeks? To the moon! Akhir tahun ini 9.000, dan dalam 10 tahun lagi bisa 32.000,” ujar Purbaya dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Selasa (28/10/2025).
BEI Tanggapi dengan Hati-hati
Menanggapi hal tersebut, Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah menetapkan atau mendiskusikan target angka IHSG secara spesifik. Menurutnya, IHSG hanyalah hasil dari berbagai upaya seluruh pelaku pasar dalam membangun ekosistem pasar modal Indonesia.
“Kita tidak bicara soal angka 8.000, 10.000, atau 32.000. IHSG itu hasil dari kerja keras dan kondisi fundamental perusahaan, juga pengaruh global maupun domestik,” jelas Iman dalam acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) secara virtual, Rabu (29/10/2025).
Iman mengakui, pihaknya bahkan tidak menyangka IHSG bisa melampaui level 8.000 lebih cepat dari perkiraan. Menurutnya, pencapaian tersebut merupakan keniscayaan yang muncul karena kombinasi faktor positif di pasar, termasuk peningkatan kepercayaan investor dan kinerja emiten yang solid.
“IHSG bukan semata soal trading ramai. Kalau fundamental perusahaan tidak bagus, market cap tidak akan naik. Jadi banyak faktor yang berpengaruh,” imbuhnya.
Optimisme vs Realita Pasar
Sementara itu, Purbaya tetap meyakini kebijakan ekonomi yang sedang disusun pemerintah akan menjadi penopang utama pertumbuhan pasar modal. Ia menilai, meski masih ada saham-saham “gorengan”, emiten besar dengan fundamental kuat akan terus menjadi motor penggerak IHSG.
Dengan semangat optimisme ini, pemerintah berharap arah kebijakan ekonomi ke depan dapat menciptakan iklim investasi yang lebih sehat, produktif, dan berkelanjutan, seiring dengan visi menjadikan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi besar di Asia.























