kabarindonesia.net, Depok — PEMERINTAH Kota (Pemkot) Depok kembali angkat bicara dimana hasil dari sebuah lembaga survei yang dilakukan Setara Institute, terkait adanya Indek Kota Toleran pada Tahun 2018, tidak akurat. Hal ini lembaga survei telah memposisikan DKI Jakarta, Depok dan Bolgor dalam 10 kota dengan nilai terendah.
Dalam sebuah laporan IKT tersebut, dimana Walikota Depok, Muhammad Idris mengklaim atas indek tersebut. Ia menegaskan, bahwa lembaga survei Setara Institute kembali melakukan pembuktian atas hasil risetnya yang memposisikan Kota Depok mendapatkan pada posisi 89 dari 94 kota se-Indonesia.
Menurut Walikota Depok, Muhammad Idris mengatakan, bahwa salah satu kota dengan nilai adanya toleransi sangat terenda, atau tidak mendasar. Ia menjelaskan, suvei ini tidak mempergunakan barometer secara objektif dan dikaitkan dengan tindak ketegasan Walikota adanya aliran Ahmadiyah tersebut.
“Siapa yang bilang? Coba buktikan. Kota Depok ini, kota paling toleran dan ini sudah dibuktikan pakar-pakar survei dan peneliti Universitas Indonesia. Depok itu malah lebih toleran dibanding Jakarta,” tandas Walikota, M. Idris kepada sejumlah wartawan di Balaikota, Kamis (13/12).
Ia menambahkan, salah satu fakta lainnya adalah dalam sejarah di Depok belum pernah terjadi keributan antar umat beragama.
“Saya tegaskan lagi, dalam sejarahnya belum pernah tguh ada kerusuhan antar umat beragama di Depok, buktikan coba,” tanya Walikota kepada pers.
M.Idris menilai, salah satu indikasi atas penilaian yang dilakukan Setara Institute terkait dengan sikap tegasnya yang menyegel tempay ibadah jamaah Ahmadiyah di Sawangan.
“Kalau karena itu (Ahmadiyah-red) keliru. Saya melakukan tindakan ini justru untuk menghindari konflik antar umat beragama,” tandasnya.
Ditegasnya, Ahmadiyah dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan fatwa ulama dunia sudah sangat jelas mengatakan bahwa itu adalah aliran sesat.
“Loh iya dong, ketika mereka melakakan kegiatan realiasasi ajaran mereka dianggap menyinggung umat Islam, makanya untuk menghindari konflik, saya segel sementara, bukannya saya tutup, tapi saya segel sementara. Nanti bisa diselesaikan kembali kok,” katanya.
Ia berharap, Setara Institute ketika merilis hasil penelitian yang menilai mengenai promosi dan praktik toleransi di 94 kota di Indonesia pada Tahun 2018. (Hadi. P)