Armada yang memuat bantuan kemanusiaan, bantuan pangan, serta pasokan medis telah berlayar sejak akhir Agustus lalu. Aksi tersebut dipicu oleh blokade Israel di Gaza yang menyebabkan bencana kelaparan serta banyaknya kematian akibat malnutrisi
Komite Global Sumud Flotilla membagikan nama-nama serta kewarganegaraan 223 aktivis dari 15 kapal yang dicegat oleh Israel pada akun Instagram mereka.
Pencegatan tersebut pertama kali terjadi pada Rabu, 1 Oktober 2025, ketika armada GSF berada sekitar 70 mil laut (130 km) dari pantai Gaza.
Para aktivis pada armada tersebut berasal dari berbagai negara termasuk Spanyol, Italia, Jerman, Yunani, Inggris, Amerika, Swedia, Prancis, Malaysia, dan lainnya.
Greta Thunberg termasuk dalam salah satu aktivis yang ditahan oleh Israel. Kementerian Luar Negeri Israel juga sempat merilis rekaman video yang menunjukkan penangkapan Thunberg.
Komite GSF mengatakan bahwa tentara Angkatan Laut (AL) Israel mengepung kapal-kapal tersebut dan sempat menembakkan water canon pada kapal Yulara dan Meteque.
Selain itu, mereka juga melaporkan bahwa saluran komunikasi dan sinyal terpotong ketika armada mendekati wilayah blokade.
Salah satu influencer berkebangsaan Korea Selatan, Ayana Jihye Moon, juga turut menyatakan kekhawatirannya atas para aktivis yang ditahan oleh Israel.
“Ada juga aktivis lain dari Malaysia dan negara lain yang ikut ditahan. Padahal, mereka bagian dari Global Sumud Flotilla dan mematuhi semua hukum internasional,” tulisnya.
“(Mereka) hanya ingin mengirim bantuan untuk rakyat Gaza dan Palestina,” tambah perempuan berusia 29 tahun itu.
Sementara itu, Presiden Kolombia Gustavo Petro telah mengusir semua diplomat Israel yang tersisa di negara tersebut sebagai bentuk protes dari tindakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Petro juga membatalkan perjanjian perdagangan bebas Kolombia dengan Israel yang berlaku sejak tahun 2020 serta menyerukan pembebasan dua warga Kolombia yang berada dalam armada GSF.





















